Dalam situs resmi PKS (Partai Keadilan Sejahtera) Kabupaten Bekasi ada bahasan dalam rubrik Wanita dan Keluarga mengenai "Mengistimewakan Setiap Anak" yang ditulis oleh Ibu IRAWATI ISTADI. Isi tulisannya kena banget di hati Ibu. Nih.. isinya...
Temukan Keunikan pada setiap anak
Sungguh Allah Maha Adil, yang telah menciptakan setiap umat manusia sama dan sederajat di hadapan-Nya. Setiap ada kelebihan, pasti ada kekurangan. Dan di mana ada kelemahan, pasti di sana pun ada keistimewaan. Tak mungkin ada anak yang padanya tertumpuk begitu banyak kelebihan sementara anak yangg lain menjadi begitu buruknya. Kalaupun ini terjadi, adalah kesalahan didik orang tua yang menyebabkannya. Akan sangat bermanfaat jika orang tua bisa sesegera mungkin menemukan keunikan dan kelebihan pada diri masing-masing putra-putrinya. Jika perlu, kerja sama dengan guru-guru di sekolah pun bisa dilakukan. Jika orang tua telah berhasil menemukannya, maka tindak lanjut yang bisa dilakukan adalah seperti berikut.
1. Beri pengakuan
Orang tua tahu kelebihan anak namun tak pernah mengungkapkannya kepada mereka, sama saja bohong! Pengakuan harus diberikan secara nyata, supaya anak-anak tahu dan merasakannya. Pemberian piagam prestasi yang kemudian digantung di dinding kamar anak adalah satu contoh nyata pengakuan tersebut. Ini akan sangat bermanfaat untuk meningkatkan rasa percaya diri mereka. Bentuknya tidak harus secara formal seperti piagam prestasi dari sekolah, namun bisa orang tua berkreasi sendiri. Melalui komunikasi verbal, sampaikan kepada mereka pujian-pujian terhadap prestasi khusus itu. Dengan ungkapan non-verbal pun bisa dilakukan, dengan menghadiahkan senyuman, peluk dan cium, manakala anak menampakkan kelebihannya.
2. Kembangkan dari sini
Dengan mengetahui kelebihan masing-masing anak, orang tua akan menjadi lebih mudah untuk mengarahkan dan mengembangkannya. Pada dasarnya kelebihan-kelebihan yang dimiliki anak dapat dipilah-pilah menjadi beberapa jenis kemampuan, yaitu bidang bahasa, kognisi, ketrampilan, jasmani dan sosial. Berikan fasilitas dan sarana penunjang untuk mengembangkan kelebihan anak sesuai bidangnya. Bimbing mereka untuk menentukan arah bagi cita-citanya kelak, agar tetap segaris dengan bakat mereka itu.
3. Tak perlu memperbandingkan
Karena setiap anak unik dengan kelebihannya masing-masing, maka jangan sekali-kali membuatkan standar yang sama untuk mereka. Bisa jadi si sulung pandai dalam bidang pelajaran-pelajaran di sekolah, sementara adiknya cenderung pandai menggambar, sementara si bungsu benar-benar tak menguasai pelajaran-pelajaran sekolah kecuali bidang olah raga. Biarkan anak berkembang sesuai minat dan bakat masing-masing. Orang tua harus membuang ambisi pribadinya untuk memiliki anak yang pandai dalam matematika, ataukah fisika dan kimia, jika ternyata mereka tak mampu dan tak mau!
Kita perlu berhati-hati dengan jebakan peringkat rangking di sekolah, yang umumnya hanya menilai aspek kognisi anak. Nilai rapor seperti ini jangan disamaartikan dengan 'nilai' diri anak. Masih terlalu banyak nilai-nilai lain yang tak tercantum di sini, seperti nilai sisi sosial, emosi dan akhlaq anak. Dan yang terpenting, sampaikan kepada anak bahwa mereka menempati ranking satu di bidang kelebihan mereka masing-masing. Tentunya tanpa menumbuhkan persepsi bahwa prestasi di sekolah itu tidak penting.
Seorang orang tua harus peka terhadap tingkah laku, emosi, akhlak, perkembangan diri baik fisik maupun mental setiap anak. Karena dalam diri setiap anak pasti mempunyai KELEBIHAN dibanding yang lain apapun bentuknya asal yang bersifat Positif dan setiap anak mempunyai sifat dan perilaku yang berbeda.
Isi tulisannya emang kena banget di hati Ibu. Anak-anak Ibu Rifa dan Fakhri mempunyai sifat dan perilaku yang berbeda so.. Ibu kudu bisa membedakan itu dan memperlakukan mereka tidak harus sama. Kadang emang susah juga tapi.. ya.. lambat laun juga akan tahu KELEBIHAN dan KEKURANGAN dari mereka. Sebagaimana mentoleransikan sifat antara Ibu dan AYah yang berasal dari 2 keluarga yang berbeda.
Temukan Keunikan pada setiap anak
Sungguh Allah Maha Adil, yang telah menciptakan setiap umat manusia sama dan sederajat di hadapan-Nya. Setiap ada kelebihan, pasti ada kekurangan. Dan di mana ada kelemahan, pasti di sana pun ada keistimewaan. Tak mungkin ada anak yang padanya tertumpuk begitu banyak kelebihan sementara anak yangg lain menjadi begitu buruknya. Kalaupun ini terjadi, adalah kesalahan didik orang tua yang menyebabkannya. Akan sangat bermanfaat jika orang tua bisa sesegera mungkin menemukan keunikan dan kelebihan pada diri masing-masing putra-putrinya. Jika perlu, kerja sama dengan guru-guru di sekolah pun bisa dilakukan. Jika orang tua telah berhasil menemukannya, maka tindak lanjut yang bisa dilakukan adalah seperti berikut.
1. Beri pengakuan
Orang tua tahu kelebihan anak namun tak pernah mengungkapkannya kepada mereka, sama saja bohong! Pengakuan harus diberikan secara nyata, supaya anak-anak tahu dan merasakannya. Pemberian piagam prestasi yang kemudian digantung di dinding kamar anak adalah satu contoh nyata pengakuan tersebut. Ini akan sangat bermanfaat untuk meningkatkan rasa percaya diri mereka. Bentuknya tidak harus secara formal seperti piagam prestasi dari sekolah, namun bisa orang tua berkreasi sendiri. Melalui komunikasi verbal, sampaikan kepada mereka pujian-pujian terhadap prestasi khusus itu. Dengan ungkapan non-verbal pun bisa dilakukan, dengan menghadiahkan senyuman, peluk dan cium, manakala anak menampakkan kelebihannya.
2. Kembangkan dari sini
Dengan mengetahui kelebihan masing-masing anak, orang tua akan menjadi lebih mudah untuk mengarahkan dan mengembangkannya. Pada dasarnya kelebihan-kelebihan yang dimiliki anak dapat dipilah-pilah menjadi beberapa jenis kemampuan, yaitu bidang bahasa, kognisi, ketrampilan, jasmani dan sosial. Berikan fasilitas dan sarana penunjang untuk mengembangkan kelebihan anak sesuai bidangnya. Bimbing mereka untuk menentukan arah bagi cita-citanya kelak, agar tetap segaris dengan bakat mereka itu.
3. Tak perlu memperbandingkan
Karena setiap anak unik dengan kelebihannya masing-masing, maka jangan sekali-kali membuatkan standar yang sama untuk mereka. Bisa jadi si sulung pandai dalam bidang pelajaran-pelajaran di sekolah, sementara adiknya cenderung pandai menggambar, sementara si bungsu benar-benar tak menguasai pelajaran-pelajaran sekolah kecuali bidang olah raga. Biarkan anak berkembang sesuai minat dan bakat masing-masing. Orang tua harus membuang ambisi pribadinya untuk memiliki anak yang pandai dalam matematika, ataukah fisika dan kimia, jika ternyata mereka tak mampu dan tak mau!
Kita perlu berhati-hati dengan jebakan peringkat rangking di sekolah, yang umumnya hanya menilai aspek kognisi anak. Nilai rapor seperti ini jangan disamaartikan dengan 'nilai' diri anak. Masih terlalu banyak nilai-nilai lain yang tak tercantum di sini, seperti nilai sisi sosial, emosi dan akhlaq anak. Dan yang terpenting, sampaikan kepada anak bahwa mereka menempati ranking satu di bidang kelebihan mereka masing-masing. Tentunya tanpa menumbuhkan persepsi bahwa prestasi di sekolah itu tidak penting.
Seorang orang tua harus peka terhadap tingkah laku, emosi, akhlak, perkembangan diri baik fisik maupun mental setiap anak. Karena dalam diri setiap anak pasti mempunyai KELEBIHAN dibanding yang lain apapun bentuknya asal yang bersifat Positif dan setiap anak mempunyai sifat dan perilaku yang berbeda.
Isi tulisannya emang kena banget di hati Ibu. Anak-anak Ibu Rifa dan Fakhri mempunyai sifat dan perilaku yang berbeda so.. Ibu kudu bisa membedakan itu dan memperlakukan mereka tidak harus sama. Kadang emang susah juga tapi.. ya.. lambat laun juga akan tahu KELEBIHAN dan KEKURANGAN dari mereka. Sebagaimana mentoleransikan sifat antara Ibu dan AYah yang berasal dari 2 keluarga yang berbeda.
4 komentar:
bener banget jeng...Rahma dan Rafif yang berasal dari mama dan ayah yang sama aja beda banget....aplagi membandingkan dengan orang lain ya...
Wahhh thaks ya infonya, jadi diingatkan lagi nih untuk lebih bijaksana sebagai orang tua.
betul banget mbak. tiap anak adalah individu yang unik. kita tidak boleh membandingkan anak-anak kita apalagi dengan anak lain. mudah2an kita bisa lebih bijak ya...
wah jadi inget sama piagam Fikri, masih di simpen di laci, gak kepikiran digantung di dinding.
Padahal berpengaruh baik ke kepedean anak ya..
Posting Komentar